Suatu hari ketika aku bangun pagi pikiranku teramat sangat lelah karena dikejar tugas yang sangat padat. Tugas UTS, tugas yayasan, dan tugas-tugas kampus. Ditambah lagi tugas hapalan Al-Qur’an yang belum selesai. Meski begitu, hatiku terasa amat senang karena dengan banyak tugas pengetahuanku semakin banyak bertambah. Dan waktuku tidak terbuang sia-sia.
Aku adalah seorang mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Tarbiyyah jurusan Pendidikan Bahasa Arab. Dan kini aku tinggal di asrama bersama keempat teman-temanku, kita sebut saja namanya Fahmi dari Rembang, Samsudin dari Lombok, Fajar dari Pamulang, dan Ansori dari Mojokerto. Mereka sudah kuanggap sebagai saudaraku sendiri, bahkan sebagai keluarga. Bagaimana tidak, di tempat itulah kita berbagi cerita, suka, duka, canda, tawa, marah, benci, warnai kami, hiasi kisah kami. Walaupun pada kenyataannya kita sering ada “gesekan” kecil, yah itulah seni dalam hidup. Kadang ada candanya dan kadang ada “gesekan”nya juga. Tetapi perlu kita ketahui mempunyai banyak teman itu merupakan hal yang mengasyikan.
Kami tinggal di bawah naungan Yayasan Bait Al- Hasan, yang diketuai oleh Lies Hendriaty SE., kami memanggil beliau dengan panggilan akrab beliau, yaitu: Bunda. Di sini Kami dilatih dan dididik untuk menjadi manusia-manusia yang strong dalam mental dan dalam hidup. Karena sesungguhnya hidup ini keras. Tergantung bagaimana kita menjalani hidup ini. Selain Bunda Lies ada juga bunda-bunda yang selalu membimbing dan memotivasi kami, yakni Bunda Sufi dan Bunda Endah. Tanpa mereka mungkin hidup kami tak jelas tanpa arah. Disamping itu, ada juga Ustadz Syukron dan Ustadzah Yayat (suami isteri), mereka selalu mengarahkan kami untuk selalu disiplin dalam waktu. Tanpa adanya kerja sama dari mereka mungkin Yayasan Bait Al- Hasan tidak akan berdiri kokoh seperti halnya sekarang. Karena dengan bekerjasama pekerjaan kita akan lebih terasa ringan serta nyaman. Sebagaimana firman Allah SWT dalam ( Q.S. Al- Maidah {5} :2 )
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى الإثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ (٢)
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (Q.S. Al- Maidah {5} : 2)
Di suatu pagi yang indah, Aku terbangun menyambut senyuman mentari pagi dengan hati gembira yang penuh keceriaan dan diiringi semangat menggapai cita-cita. Kemudian Aku segera bergegas mengambil air wudhu untuk shalat Shubuh, tiba-tiba terbenak dalam pikiranku bahwasanya aku belum setor hapalan Al-Qur’an kepada ketua yayasan, memang setiap bulannya anak-anak Bait Al- Hasan dituntut untuk menghafal juz ‘amma, posting blog, dan membuat power point, yang temanya sendiri ditentukan oleh ketua yayasan (BAH) Bait Al- Hasan. Tujuannya tidak lain hanya untuk mencerdaskan anak-anak (BAH). Setelah shalat Subuh kemudian Aku membaca surat Al-Infitar dan Al-Muthafifin. Kedua surat tersebut memang agak panjang sehingga Aku kewalahan untuk menghafalnya, tetapi semangatku tidak mematahkan niatku untuk menghafal surat tersebut. Setelah itu aku bergegas untuk mandi dan rencananya setelah mandi aku ingin setoran ke Bunda Lies, anak-anak yang lain pun mengantri untuk setoran hafalan, aku mendapat antrian kedua setelah Fahmi, ketika itu ada sedikit kecelakaan yang sangat menghebohkan kami, tiba-tiba saja Fahmi secara tidak sengaja menekan meja belajar Bunda Lies sehingga meja beliau terjatuh ke lantai dan peralatan yang lain pun ikut jatuh seperti laptop, pot bunga, serta kertas-kertas jatuh berserakan di lantai. Dan akhirnya Mas Seno (supir Bunda Lies) yang memperbaiki meja tersebut. Kami pun ikut membantu membereskan barang-barang yang terjatuh.
Waktu sudah menunjukan pukul 07.10 sehingga akhirnya aku tidak meneruskan untuk hapalan karena aku harus berangkat kuliah, aku hendak pamit kepada Bunda Lies dan kepada sahabat-sahabatku yang di asrama. Sesampainya di kampus, wajahku sangat Bete karena Dosen yang mengajarku tidak hadir dan tidak ada kabarnya sedikitpun, kita sudah mencoba menghubungi dosen itu tetapi lagi-lagi tidak ada kabar dari dosen tersebut. Sehingga akhirnya kami melakukan sharing tanpa dosen. Detik jam pun berlalu, kami pun melaksanakan diskusi barcampur aduk canda dan tawa, ada yang lagi nelpon orang tuanya, ada yang berlalu lalang keluar kelas, dan ada juga yang makan di kelas saat diskusi sedang berlangsung, yah itulah kebiasaan buruk mahasiswa ketika sedang tidak ada Dosen.
Waktu menunjukan pukul 13.00 WIB. Sinar terik matahari menyengat wajahku rasa lelah dan capek terasa di badanku, seolah-olah aku memikul beban yang teramat sangat berat. aku bingung tujuanku entah kemana, akhirnya aku memutuskan untuk pulang ke asrama tercinta (BAH). Sesampai di asrama aku sms bunda Lies karena aku ingin setoran hapalan. Beliau menjawab sms “nanti saja jam setengah empat ke rumah bundanya, bunda baru pulang fitness, cuapeeek banget… ba’da Ashar ya pukul 15.30. maaf.. kemudian dengan singkat aku menjawab“ iya Bunda.
Setelah itu Aku mempersiapkan untuk hapalan yakni surat Al- Infitar dan Al- Muthafifin, menurutku surat Al-Infitar agak lumayan mudah, tidak halnya dengan surat Al- Muthafifin, menurutku surat itu cukup sulit untuk dihapal, hemm.. bagaimanapun juga Aku harus bisa menghapal kedua surat itu. Karena dengan keseriusan, keinginan, dan tekad yang kuat insya Allah, Allah akan memberi jalan keluar. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al- Insyirah {94} ayat 6 yang berbunyi sebagai berikut:
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (٦)
“ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Dan Aku sangat percaya dengan hal itu. Dalam artian apabila kita bekerja keras pasti Allah memberikan kemudahan bagi kita.
Ketika aku hendak hapalan di rumah Bunda Lies, tiba-tiba terlihat di hadapanku datang seorang pemuda membukakan pintu gerbang, setelah Aku perhatikan lagi, ternyata dia sahabatku Ansori, dan dia memberitahukan kepadaku bahwa di asrama ada tamu. Ternyata aku baru ingat sore ini jadwal mengajar Iqra di asrama, dan Aku pun akhirnya meminta izin kepada Bunda Lies untuk mengajar Iqra Anak nya Bu Meri. Kita sebut saja namanya Raffi dan Farri, memang nama mereka hampir mirip karena mereka berdua adik kakak yang sholeh.
Pada awalnya aku mengajarkan kepada mereka tentang mengenalkan huruf hijaiyyah, cara pengucapan maupun tajwidnya, karena itu sangat penting sekali ketika kita membaca Al-Qur’an, apabila cara bacanya salah maka secara tidak langsung maknanya pun juga akan salah.
Setelah selesai mengajar aku ke rumah Bunda Lies untuk hapalan, surat Al- Infitar Alhamdulillah berjalan dengan lancar, ketika Aku membaca surat Al-Muthafifin hapalanku hilang entah kemana, yang tadinya hapal berubah menjadi 50 % lupa. Dan seterusnya aku di bantu sedikit-sedikit oleh bunda lies, setelah hapalan selesai terbenak dalam pikiranku, Upppss… sore ini pukul 17.00 Aku menjadi petugas do’a dan muhasabah, hampir saja aku lupa. Karena setiap hari Senin dan hari Kamis Yayasan Bait Al- Hasan selalu mengadakan kegiatan rutin buka puasa bersama.
Adzan magrib pun berkumandang, betapa gembiranya di hati kami ketika awal berbuka puasa mencicipi sop buah dari Bunda Lies, setelah berbuka puasa maka kami pun shalat maghrib berjamaah yang bertugas menjadi Imam shalat Magrib yaitu Ansori, dan bilal nya saya sendiri. Setelah shalat magrib berlangsung maka kami berdiskusi yang membawakan materi kali ini yakni Bunda Endah. Materinya tentang “Motivasi”. Kemudian beliau membagikan kertas kecil putih kepada kami lalu meminta kami untuk menuliskan cita-cita dan impian. Ujar bunda Endah “ Anak-anaku bunda minta tolong sekarang kalian tulis apa impian dan cita-cita yang ada di hati kalian, anak-anak menuliskan cita-cita dan impian mereka, setelah itu kita membacakan satu persatu bacaan yang ada di kertas itu, isinya unik sekali, ada yang impiannya menjadi Sekertaris, jadi Presiden, jadi Duta Negara, jadi Ibu Rumah Tangga yang baik, sampai ada yang ingin menjadi penyanyi Professional. Yah itulah cita-cita kami mudah-mudahan tercapai, asalkan harus dibarengi dengan do’a dan kerja keras insya Allah itu semua akan tercapai. Amiin
Pemaparan yang diutarakan bunda Endah selesai, Setelah itu Adjri Septiany selaku MC membuka termin pertanyaan, Fuad ruswandi mengajukan pertanyaan tentang “perbedaan antara impian dan cita-cita”. Pertanyaan ini cukup menarik perhatian orang-orang yang hadir di tempat itu, karena pertanyaan ini menggugah hati para pendengar. Sehingga diskusi itu berjalan hidup, dan kesimpulan yang dapat diambil dari diskusi ini yaitu, cita-cita mengarah kepada suatu profesi, sedangkan impian mengarah kepada suatu barang. Contohnya: ketika aku besar nanti aku ingin menjadi seorang Dokter. Itu merupakan contoh bagian dari cita-cita, sedangkan contoh dari impian, aku ingin memiliki sebuah rumah yang mewah yang di dalamnya ada mobil-mobil yang berderet. Nah”. Itulah kisah cerita dari saya mudah-mudahan bermanfaat. Amiiiiin’.